Tuesday, July 3, 2012

Jauhilah Sifat Kemunafikan



وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ
"Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka membuat kamu kagum."
[Al-Munafiqun, 63:4]


Orang-orang munafik lebih memerhatikan yang lahir daripada yang batin. Tubuh mereka segar, tetapi hati mereka kering. Tampang menggiurkan, tapi batin menyeramkan. Dalam terang mereka nampak terhormat, sedang dalam kelam mereka berubah menjadi kelawar. Mulut manis, jiwa pahit. Yang pertama-tama anda saksikan pada orang seperti ini adalah postur tubuh yang indah, tulang yang kukuh, otot yang kekar, lengan berisi, perut kenyang, gemuk, cakap besar, dan mudah melontarkan pujian. Tetapi, di sebalik semua itu, mereka menyembunyikan mental yang rendah, cita-cita buruk, dan niat jahat. Kanser ganas telah tumbuh subur di setiap sudut hati, kehampaan bersarang di dalam batin. Mulut mereka seperti lombong dusta dan kepalsuan. Sementara hati mereka seperti bangunan runtuh yang dihuni oleh kemunafikan, kekafiran, dan dipenuhi dosa.

Persoalannya bukan pada bentuk, penampilan, dan wajah yang tampan, tetapi masalahnya adalah hati yang melihat cahaya, jiwa yang memancarkan kebaikan, dan tabiat yang mencerminkan kemuliaan. Barangsiapa menyangsikan perintah Allah, meragukan agamanya, enggan menyembah-Nya, memerangi para utusan-Nya, memusuhi para kekasih-Nya, dan menghina hamba-hamba-Nya adalah orang yang paling pantas untuk dicampakkan, direndahkan, dan dihina. Orang seperti itu jiwanya busuk, batinnya khianat, dan kehendaknya mati.

Orang-orang yang bentuk tubuhnya mengundang decak kagum itu, apabila mengerjakan solat, mereka mengerjakannya dengan malas-malasan dan jarang sekali mengingat Allah. Mereka tidak menafkahkan harta kecuali dengan sangat terpaksa. mereka adalah orang yang paling lemah untuk mengerjakan kebaktian, melakukan amal soleh, dan melaksanakan kewajipan. Sebaliknya, mereka sangat kuat dalam memburu kesenangan dan melakukan kemaksiatan. Allah tidak memandang tubuh kita, tetapi memandang hati dan perbuatan-perbuatan kita. Oleh sebab itu, janganlah kamu tertipu oleh tubuh yang tidak berhati; oleh kerangka yang tidak punyai ruh dan jasad yang tidak mengandungi kehidupan.
Tidak ada ertinya tubuh tinggi dan besar

Apa ertinya tubuh bagal tapi impiannya burung pipit

Untuk itu, kita harus melihatnkepada hakikat, akhlak, dan sifat manusia.

Lihat mata pedang dan abaikan punggungnya

Pertimbangkan keutamaan pemuda sahaja

Tanpa memerhatikan hiasan yang dipakai

Darjat orang itu tidak diukur dengan pakaian. Orang-orang besar itu tidak diukur dengan jengkal, tidak pula ditimbang dengan kiloan, tetapi nilai mereka yang sesungguhnya adalah amal soleh, tinggi mereka adalah akhlak mulia, dan bobot mereka adalah sejarah yang cemerlang. Sehelai rambut di kepala sahabat Rasulullah, Abdullah bin Mas'ud, lebih baik daripada satu juta orang semacam Abdullah bin Ubay, seorang munafik gemuk, gendut, dan subur. Kuku Bilal bin Rabah lebih baik daripada sepasukan orang semacam Abu Jahal tinggi, besar dan seram. Semua ini kerana masalahnya adalah masalah iman, pemahaman, kesolehan, dan takwa; bukannya daging, tulang lemak dan darah.
[Dr. 'Aidh bin Abdullah Al-Qarni, Nikmatnya Hidangan al-Quran, m/s 239-240 (Maghfirah, 2005)]

+++
Konklusinya, ikhwah dan akhwat sekalian. Perhatikanlah diri kita. Lihat kembali dalam hati kita. Cermati juga akhlak kita.

Apakah memang diri kita sangat soleh dari segi lahiriah, tetapi batinnya kita sedang mengingkari Allah?

Apakah hati kita masih lagi keras membatu apabila diajak untuk mengingat Allah? Merasakan kita sudah cukup besar untuk tidak mengingat Allah.

Akhi, batu sendiri kadang-kadang terjatuh kerana takutkan Allah! Gunung sendiri terpecah belah kerana takutkan Allah!

"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga (hatimu) seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang (airnya) memancar daripadanya. Dan ada pula yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya. Dan ada pula yang meluncur jatuh kerana takut kepada Allah. Dan Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan." 
[QS Al-Baqarah, 2:74]

"Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia berfikir."  
[QS Al-Hasyr, 59:21]



Macam mana pula hati kita? Bila kali terakhir ia tersungkur jatuh kerana takutkan Allah? Bila pula ia terpecah belah mengeluarkan air mata kerana takutkan Allah?


"Maka apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk (menerima) agama Islam lalu dia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang hatinya membatu)? Maka celakalah mereka yang hatinya membatu untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata." 
[QS Az Zumar, 39:22]

 Ikhlaskan niat kita. Jauhilah kemunafikan.