Sunday, October 16, 2011

SEBUAH EKSPERIMEN TENTANG KEAJAIBAN LALAT..


”Khalid  bin Makhlid  menceritakan  kepada  kami,  Sulaiman  bin  Bilal Menceritakan   kepada  kami, beliau berkata  :  ’Utsbah  bin Muslim bercerita kepadaku bahwa beliau berkata : ’Ubaid bin Hunain mengabarkan kepadaku  Bahwa  beliau  berkata  :  Aku mendengar  Abu  Hurairoh  Radhiyallâhu  ’anhu  Berkata : Rasūlullah Shallallahu ’alaihi wa Sallam bersabda :
”Apabila seekor lalat jatuh ke dalam gelas salah seorang dari kalian, maka celupkanlah lalat  itu  lalu angkatlah (buanglah) karena pada salah  satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap satunya terdapat obat.”
Banyak yang menolak dan mengingkari hadits ini dengan alasan menyalahi realitas dan bahkan ilmu kedokteran. Benarkah demikian?
Kepada para penolak hadîts lalat ini, berikut sebuah bukti bagaimana benarnya Nabiullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, dan bagaimana mukjizat beliau akhirnya terkuak oleh sains dan pengetahuan modern.
Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh Tim Departemen Mikrobiologi Medis, Fakultas Sains, Universitas Qâshim, Kerajaan Arab Saudi, beberapa peneliti muda yang terdiri dari :
1. Sâmi Ibrâhîm at-Tailî
2.’ dil ‘Abdurrahmân al-Misnid
3. Khâlid Dza’âr al-Utaibî
Yang dibimbing oleh Dr. Jamâl Hâmid, dan dikoordinasi oleh DR. Shâlih ash- Shâlih (seorang da’i terkenal di Eropa), melakukan penelitian tentang analisa mikrobiologi tentang sayap lalat. Laporan ini mereka presentasikan ke acara ”Student Research Seminar” di Universitas Qâshim, KSA.
Metode yang mereka gunakan cukup sederhana, yaitu mengkultivasi (menumbuhkan) air steril yang telah dicelupkan lalat ke media Agar [media yang berasal dari musilaginosa kering yang diekstrak dari ganggang mereh, yang mencari pada suhu 100°C dan memadat pada suhu 40°C yang tidak dapat dicerna oleh mikroba,] kemudian mengidentifikasi mikroba yang tumbuh.
Lalat yang digunakan ada beberapa spesies, dan sample yang digunakan untuk tiap spesies terdiri dari dua sample, yaitu
  1. sample air steril dimana lalat dimasukkan sedemikian rupa sehingga hanya pada bagian sayap lalat saja, dan
  2. sample air steril yang dimasukkan lalat yang dicelup seluruh tubuhnya. Semua ini dilakukan secara aseptis (bebas mikroba) di ruangan khusus, untuk menghindarkan terjadinya kontaminasi luar yang akan membuat hasil penelitian menjadi bias.
Setelah itu, sampel air tadi dikultivasi ke media Agar dan diinkubasi selama beberapa harisehingga kultur (biakan) mikroba tumbuh dan tampak secara jelas. Hasil kultur mikroba tersebut diidentifikasi untuk mengetahui jenis mikroba tersebut. Berikut ini adalah hasilnya :
Spesies Lalat A
Cawan Petri 1 :
sampel kultur air yang diambil dari sebuah tabung yang berisi air steril yang dicelupkan lalat secara sempurna (seluruh tubuhnya terbenam).
Cawan Petri 2 :
sampel kultur air yang diambil dari sebuah tabung yang berisi air steril yang dijatuhkan seekor lalat ke dalamnya tanpa
membenamkannya.
Hasil Penelitian  :
Pada cawan petri 2, setelah diidentifikasi ternyata media ditumbuhi oleh koloni bakteri patogen tipe E. Coli, yang merupakan penyebab berbagai macam penyakit. Adapun pada cawan 1, pada awal mulanya tampak tumbuh koloni kecil tipe E. Coli, namun pertumbuhannya terhambat oleh mikororganisme yang setelah diidentifikasi merupakan bakteri Actinomyces yang dapat memproduksi antibiotik. Bakteri ini biasanya menghasilkan antibiotik yang dapat diekstrak, yaitu actinomycetin dan actinomycin yang berfungsi melisiskan bakteri dan bersifat antibakteri dan antifungi.
Spesies Lalat B
Cawan Petri 1 :
sampel kultur air yang diambil dari sebuah tabung yang berisi air steril yang dicelupkan lalat secara sempurna (seluruh tubuhnya terbenam).
Cawan Petri 2 :
sampel kultur air yang diambil dari sebuah tabung yang berisi air steril yang dijatuhkan seekor lalat ke dalamnya tanpa membenamkannya.
Hasil :
Pada cawan petri 2, setelah diidentifikasi ternyata media ditumbuhi oleh koloni bakteri patogen tipe Coynobacterium dephteroid, yang merupakan penyebab berbagai macam penyakit. Adapun pada cawan 1, tumbuh mikororganisme yang setelah diidentifikasi merupakan bakteri Actinomyces yang memproduksi antibiotik. Bakteri ini biasanya menghasilkan antibiotic yang dapat diekstrak, yaitu actinomycetin dan actinomycin yang berfungsi melisiskan bakteri dan  ersifat antibakteri dan antifungi.
Spesies Lalat C
Cawan Petri 1 :
sampel kultur air yang diambil dari sebuah tabung yang berisi air steril yang dicelupkan lalat secara sempurna (seluruh tubuhnya terbenam).
Cawan Petri 2 :
sampel kultur air yang diambil dari sebuah tabung yang berisi air steril yang dijatuhkan seekor lalat ke dalamnya tanpa membenamkannya.
Hasil :
Pada cawan petri 2, setelah diidentifikasi ternyata media ditumbuhi oleh koloni bakteri patogen tipe Staphylococcus sp., yang merupakan penyebab berbagai macam penyakit. Adapun pada cawan 1, tumbuh mikroorganisme  yang setelah diidentifikasi merupakan bakteri Actinomyces yang memproduksi antibiotik. Bakteri ini biasanya menghasilkan antibiotik yang dapat diekstrak, yaitu actinomycetin dan actinomycin yang berfungsi melisiskan bakteri dan bersifat antibakteri dan antifungi. Hasil yang serupa diperoleh untuk jenis lalat lain yang banyak mengandung bakteri patogen Salmonella sp. dan Proteus sp., yang terhambat oleh pertumbuhan Actinomyces.
Kesimpulan :
Masuknya lalat pada makanan atau minuman, dengan  dan tanpa dicelup, ternyata  memberikan hasil berbeda yang secara  signifikan. Hal ini membenarkan apa yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, bahwa pada sayap lalat itu terdapat penyakit sekaligus penawarnya.
Subhanallah, 14 abad yang lalu, seseorang bisa memberikan informasi seperti ini tanpa ada riset. Masihkah ada yang mencoba menyangkal kebenaran islam?
Maha benar Allah dan Maha benar Rasulullah Shallâllâhu alaihi wa Sallam yang menjadi penyampai wahyu-Nya.
Referensi :  Mukjizat Hadits Lalat. Studi Ilmiah Hadits Lalat dalam Perspekstif Islâm dan Ilmu Medis Modern, Abu Salma Muhammad Rachdie, S.Si
Jurnal ilmiah:
http://abdurrahman.org/health/TheHadeethontheFly.pdf
Catatan:
beberapa pekan lalu, kaum ateis menyangkal kebenaran hadist di atas dengan argumen bahwa bakteri kelas Actinomycetes  tidak menghasilkan antibiotik, itu salah!
Karena bahan aktif antibiotik dapat diproduksi dari alga, lichen, tumbuhan tingkat tinggi, hewan tingkat rendah, vertebrata, dan mikroorganisme. Hingga saat ini, sumber terbesar berasal dari mikroorganisme karena dari siklus hidupnya yang cepat membuatnya paling mudah diproduksi.
Di antara mikroorganisme, bakteri kelas Actinomycetes menguasai porsi sekitar 60 persen. Dari satu contoh genus bakteri dari kelas ini saja, yakni Streptomyces, pada akhir 1972 telah mampu menghasilkan hingga 2.078 jenis antibiotik. Bahan-bahan aktifnya pada umumnya bekerja secara langsung pada ribosom bakteri patogen, menghambat sintesa protein, sehingga mengganggu translasi pesan genetik bakteri jahat itu.
selengkapnya baca di http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2005/02/14/ILT/mbm.20050214.ILT104750.id.html.
dan untuk membuktikan kebenaran note di atas, admin akan menyertakan situs ilmiah yang sering dipakai ateis untuk referensi, yaitu http://abc.gov.au/science/articles/2002/10/01/689400.htm
di jelaskan di atas bahwa ternyata Ilmuan dari Australia telah menemukan antibiotik yang bisa dimanfaatkan dari Lalat dengan cara diekstrasikan dengan menenggelamkannya kedalam Etanol http://abc.gov.au/science/articles/2002/10/01/689400.htm.
dengan begini mutlak kebenaran islam tak terbantahkan oleh para kafir,sekalipun Ateis..
Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. (QS 9:32)
Subhanallah Maha Benar Allah dengan segala firmanNya tentang lalat!

Monday, September 26, 2011

10 Lubang Terbesar Di Dunia


greatbluehole belize1 300x231 Gambar 10 Lubang Terbesar Di Dunia
Great Blue Hole, Belize
Lubang Biru Besar adalah lubang jurang bawah air di pantai Belize. Lubang ini memiliki diameter 1000 kaki dan kedalaman 400 kaki. Lubang ini terbentuk sebagai gua kapur sejak zaman ais.
chuquicamatacoppermine chile 300x207 Gambar 10 Lubang Terbesar Di Dunia
Chuquicamata, Chile
Chuquicamata adalah lubang galian lombong terbuka di Chili. Ini adalah lombong dengan jumlah pengeluaran tertinggi di dunia – walaupun ini bukan lombong terbesar. Lombong ini dalamnya 850 meter.
udachnayapipe russia1 300x199 Gambar 10 Lubang Terbesar Di Dunia
Udachnaya Pipe, Russia
Pipa Udachnaya adalah lombong berlian di Rusia. Pemilik lombong bercadang menghentikan operasinya pada 2010 – untuk melaksanakan perlombongan bawah tanah. Lombong ini ditemui tahun 1955 dan dalamnya mencapai 600 meter.
guatemalasinkhole1 300x199 Gambar 10 Lubang Terbesar Di Dunia
Sink hole, Guatemala
Pada tahun 2007, sebuah lubang runtuh sedalam 300 kaki menelan rumah di Guatemala – membunuh 2 orang dan mengakibatkan ribuan dipindahkan. Lubang ini diakibatkan hujan dan aliran pembuangan bawah tanah.
Diavik Mine, Canada
Lombong Diavik adalah lombong di wilayah Barat laut Kanada. Lombong ini dibuka tahun 2003, memhasilkan 8 juta karat atau sekitar 1.600 kg (3500 lb) berlian setiap tahun.
mirnuydiamondtambangsiberia 300x193 Gambar 10 Lubang Terbesar Di Dunia
Mirny Diamond Mine, Siberia
Lombong Berlian Mirny memiliki kedalaman 525 m dan diameter 1.200 m. Ini adalah salah satu lombong berlian pertama dan terbesar di USSR (Soviet). Kini telah ditinggalkan. Sewaktu masih beroperasi, ia memerlukan 2 jam untuk lori melintas dari atas hingga ke dasar lombong.
binghamcanyonmine utah 300x212 Gambar 10 Lubang Terbesar Di Dunia
Bingham Canyon Mine, Utah
Lombong Ngarai Bingham adalah lombong di pegunungan Oquirrh, Utah. Lombong ini memiliki kedalaman 1,2 km, lebar 4 km. Ini adalah lombong penggalian terbesar di dunia.
gloryholeinmonticellodamcaligornia 300x225 Gambar 10 Lubang Terbesar Di Dunia
Monticello Dam, California
Lurang Monticello adalah lurang di Napa County, California, Paling dikenal di Amerika kerana katup melingkarnya dengan rata-rata 48.400 kaki kubik per saat.
kimberlybighole afrikaselatan 300x225 Gambar 10 Lubang Terbesar Di Dunia
Kimberley Diamond Mine, South Africa
Lombong berlian Kimberley (juga dikenal sebagai Big Hole) memiliki julukan lubang buatan tangan terbesar di dunia (masih diperdebatkan). Sejak 1866 sampai 1914, 50.000 perlombong menggalinya dengan cangkul dan penyeduk, menghasilkan 2.722 kg berlian. Sedang dilaksanakan untuk mendaftarkan lubang ini sebagai warisan dunia.
gerbangnerakaditurkmenistan 300x197 Gambar 10 Lubang Terbesar Di Dunia
Darvaza Gas Crater, Turkmenistan
Di tahun 1971, para geologis menemui deposit gas alam bawah tanah yang sangat besar di tempat ini. Sedang melakukan penggalian untuk mendapatkan gas, Menara bor runtuh dan meninggalkan lubang besar. Untuk mencegah gas beracun keluar, lubang ini dibiarkan terbakar. Sampai sekarang masih terus terbakar tanpa pernah berhenti.

Monday, September 19, 2011

Andai Yang Akan Mati Itu Aku...

Kematian. Satu benda yang kita tidak mampu untuk melihat akan keberadaannya. Tetapi, hampir semua manusia yakin akan kehadirannya. Ada yang takut. Ada yang berani menghadapinya. Bahkan ada yang mengejar akan ia. Apa itu kematian? 

Kematian itu satu pengakhiran. Kematian itu juga satu permulaan. 

Pengakhiran terhadap tempoh masa hidup di dunia. 

Permulaan untuk menempuh alam yang seterusnya. 

Kenapa saya kata, 

“Andai yang akan mati itu aku?”

Sedangkan, memanglah kita semua akan mati. Kita bukannya Allah SWT yang hidup selamanya. 


Kerana, cuba tanyakan dalam diri kita balik.. 

“Bila kali terakhir kita ingat akan kematian yang menanti kita?” 

Jika selalu kita ingat tentang itu. 

Maka tanyakan lagi, 

“Adakah amal-amal yang kita ada sekarang cukup untuk menjadi bekal dalam menempuh alam selepas kematian itu?” 
 
+++

Terima kasih kepada Allah kerana telah menemukan aku dengan dengan seseorang yang sekarang ini sedang bertarung nyawanya dalam nak menghadapi kematian. Walaupun dia berkata dia akan tetap berusaha untuk mengahadapinya untuk terus hidup. 

Dia membuka mata aku akan erti kematian itu sendiri. Walaupun aku tidak pernah lupa bahwa, Allah-lah tangan disebalik itu semua.

Pada aku, dia sangat beruntung kerana dia sudah tahu bahawa dirinya sekarang ini sangat dekat dengan kematian. Walaupun belum pasti. 

Tapi aku macam mana? 

Aku tak nampak itu semua. Aku cuma yakin bahawa aku akan mati. Tapi, aku kadang-kadang tidak berbuat seperti orang yang meyakini akan adanya kematian. Kerana mungkin aku tak tahu bila aku akan mati. 

Maksiat, dosa, lalai..

“Andai yang akan mati itu aku..” 

Adakah aku sudah bersedia?

“Andai yang akan mati itu aku..” 

Masihkah air mata itu terlalu mahal untuk mengalir? 

“Andai yang akan mati itu aku..” 

Apakah taubat itu hanya sekadar cukup syarat atau ianya disertakan keikhlasan.. 

“Andai yang akan mati itu aku..” 

Bila tarikh yang aku mahukan? 

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan muslim.” 
[QS ‘Ali Imran, 3:102] 
“Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.” 
[QS al-‘Araf, 7:34] 


Bunyinya mungkin macam orang bodoh.

"Apahal lah kau ni ingat tentang mati. Ajal maut kan ditangan tuhan. Jangan fikir bukan-bukan."

Tapi takpe, aku memang suka menjadi orang bodoh pada mata masyarakat. Tetapi,

Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhuma berkata,

“Suatu hari aku duduk bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang lelaki dari kalangan Anshar, kemudian ia mengucapkan salam kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang mukmin yang paling utama?’ Rasulullah menjawab, ‘Yang paling baik akhlaqnya’. Kemudian ia bertanya lagi, ‘Siapakah orang mukmin yang paling cerdas?’. Beliau menjawab, ‘Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas.’ 
[HR Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy. Syaikh Al Albaniy dalam Shahih Ibnu Majah 2/419 berkata : hadits hasan]

dan aku tak nak jadi seperti,

“Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang adzab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang dzalim: “Ya Rabb kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul.(Kepada mereka dikatakan): “Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?” 
[QS Ibrahim, 14 :44]
 
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “ Wahai Rabb-ku kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku berbuat amal shaleh terhadap apa yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja.” 
[QS Al Mu’minun, 23:99-100]

....
"Andai yang akan mati itu aku?"

Adakah aku masih lagi mampu tertawa dengan kemaksiatan?


"Andai yang akan mati itu aku?"

Adakah aku masih akan berkira-kira dalam nak mendekatkan diri dengan Allah dengan khusyuk?

"Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka)? Dan janganlah mereka (menjadi) seperti orang-orang yang telah menerima Kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras, dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik." 
[QS Al-Hadid, 57:16]

Saturday, September 17, 2011

Osoyoos - The Healing Spotted Lake Of Canada

 
 
 
 
 
 

 
 
 
 

Tuesday, September 6, 2011

Gambar Jalan-jalan Yang Menarik Di Serata Dunia

APAKAH anda akan berani memandu di jalan-jalan ini? Atau anda akan menikmati pemandangan yang ada dan tidak kisah dengan bentuknya?

 





Sunday, July 17, 2011

SIAPAKAH MAKHLUK YANG IMANNYA PALING MEMPESONA...?

Bismillahir-Rahmanir-Rahim ...
Dini hari di Madinah Al Munawwarah.
Kusaksikan para sahabat berkumpul di masjidmu. Angin gurun membekukan kulitku. Gigiku gemertak. Kakiku tergoncang....
Tiba-tiba pintu hujrahmu terbuka. Engkau datang, ya Rasul Allah. Kupandang dikau...

Assalamu'alaika ya Nabi wa rahmatullah ...
Assalamu'alaika ya Nabi wa rahmatullah ....

Kudengar salam bersahut-sahutan. Engkau tersenyum, ya Rasul Allah, wajahmu bersinar. Angin gurun berubah hangat.
Cahayamu menyusup seluruh daging dan darahku.

Dini hari Madinah berubah siang yang cerah. Kudengar engkau berkata, "Adakah air pada kalian?". Kutengok cepat gharibah-ku. Para sahabat sibuk memperlihatkan kantong kosong.

Tidak ada setetespun air, ya Rasul Allah. Kusesali diriku.

Mengapa tak kucari air sebelum tiba di masjidmu. Duhai bahagianya jika kubasahi wajah dan tanganmu dengan percikan-percikan air dari gharibah-ku. Tapi ratusan sahabat berdesakan mendekatimu.

Kau mengambil gharibah kosong. Kau celupkan jari-jarimu.

Subhanallah, kulihat air mengalir dari celah-celah jarimu. Kami berdecak, berebut wudhu dari pancaran sucimu. Betapa sejuk air itu ya Rasul Allah. Betapa harum air itu, ya Habib Allah. Kulihat Ibnu Mas'ud meneguk air itu sepuas-puasnya.

Qod qomatis solah Qod qomatis solah.

Duhai bahagianya solat di belakangmu. Ayat-ayat suci mengalir di belakangmu. Melimpah memasuki jantung dan pembuluh darahku.

Usai solat kau pandangi kami. Masih dengan senyum sejuk itu. Cahayamu, ya Rasul Allah, tak mungkin kulupakan. Ingin kubenamkan setitis diriku dalam samudera dirimu. Ingin kujatuhkan sebutir debuku dalam sahara tak terhinggamu.

Kudengar kau berkata lirih,
"Ayyuhal halqi a'jabu ilaikum imanan?"
("Siapa makhluk yang imannya paling mempesona?")

"Malaikat ya Rasul Allah," "Bagaimana mereka tidak beriman?
Bukankah mereka berada di samping Allah?"

"Para Nabi, ya Rasul Allah?" "Bagaimana Nabi tidak beriman?
Bukankah kepada mereka turun wahyu Allah?"

"Kami, para sahabatmu," "Bagaimana kalian tidak beriman?
Bukankah aku berada di tengah-tengah kalian? Telah kalian saksikan apa yang kalian saksikan,"

"Kalau begitu, siapa mereka ya Rasul Allah?"

Langit Madinah bening....
Bumi Madinah hening....
Kami termangu....

Siapakah gerangan yang imannya paling mempesona?

Kutahan nafasku, kuhentikan detak jantungku. Kudengar sabdamu,
"Yang paling menakjubkan imannya, mereka yang datang sesudahku, beriman kepadaku, padahal tidak pernah berjumpa dan melihatku. Yang mempesona imannya, mereka yang tiba setelah aku tiada, yang membenarkanku tanpa pernah melihatku,"

"Bukankah kami ini saudaramu juga, ya Rasul Allah?"
"Kalian sahabat-sahabatku. Saudaraku adalah mereka yang tidak pernah berjumpa denganku. Mereka beriman kepada yang ghaib, menginfakkan sebagian rezeki yang diberikan kepada mereka,"

Kami terpaku.
Langit Madinah bening.
Bumi Madinah hening.

Kudengar lagi engkau berkata, "Alangkah rindunya daku kepada mereka. Alangkah bahagianya aku memenuhi mereka,"Suaramu parau, butir-butir air matamu tergenang.
Kau rindukan mereka, ya Rasul Allah.
Kau dambakan pertemuan dengan mereka, ya Nabi Allah...
Kau dambakan mereka, ya Habiballah....

Wahai Rasulullah, kau ingin bertemu dengan mereka yang tak pernah dijumpaimu, mereka yang bibirnya selalu bergetar menggumamkan salawat untukmu. Kau ingin datang memeluk mereka, memuaskan kerinduanmu. Kau akan datang kepada mereka yang mengunjungimu dengan salawat.

Masih kuingat sabdamu, "Barangsiapa yang datang kepadaku, aku akan memberinya syafaat di hari kiamat."

Yâ wajîhan 'indallâh, isyfa'lanâ 'indallâh.
Wahai yang mulia di sisi Allah, berikanlah syafaat kepada kami di sisi Allah...

(Hadits pada tafsir Ad Durr Mantsur, berkenaan dengan Q.S. Al Baqarah:03)

Assalamu'alaika ayyuhan Nabi wa rahmatullahi wa barakatuh...

****Sebuah catatan untuk hati yang sering "lupa" tentang....
Betapa beruntungnya diri kita ini sebenarnya ... Ya kita lah para sahabat tercinta yang dimaksudkan oleh Baginda Rasul Saw tercinta ... Kita yg beriman kepada risalah yg disampaikan Baginda Saw walau kita dipisahkan oleh waktu beribu tahun dengan Baginda.. Kita yg tiada pernah berjumpa wajah dengannya. Namun beriman dengan yakin seyakin2-Nya atas agama yg kita cintai ini ... Keimanan kita begitu mempesona Baginda Saw ..

Mari kita buat Bangga Baginda Rasulullah Saw .. Dengan selalu istiqamah di jalan Allah .. insya Allah ... Masya Allah .. Barakallah ...

Allahuma Shali Ala Sayyidina Muhammad Wa Ala Ali Sayyidina Muhammad ...


Insya Allah bermanfaat dan penuh keberkatan dari Allah ...

Salam Terkasih ...
Dari Seorang Sahabat untuk Sahabat ...

CERPEN : MAWAR IMAN ; ANTARA DUA KEHILANGAN..

Assalamualaikum Warahmatullah,

Buat remaja, dia bukanlah segalanya. Panjang sikit ye, cerpen ni!



"Hanyalah padamu.. Ku hadapkan diri.. Mohon keampunan.."

Nasyid yang dipasang sebagai nada ringtone blackberry kepunyaan Annisatul Maqsurah melagukan nasyid Mentari Hidup merdu. Annisatul Maqsurah yang sedang membaca risalah ta'lim mengambil blackberry kepunyaannya dengan lembut. Tangan halus itu mampu memikat sesiapa sahaja yang melihatnya. 

"Assalamualaikum." Suara lembutnya menyapa.

"Salam. Nisa buat apa? Nak cakap boleh ke? Aku ada masalah la." Wardatul Iman menyapa. Suaranya berkeluh kesah. Annisatul Maqsurah orang yang sangat dipercayainya. Walaupun, dia tahu Nisa sangat menentang perlakuannya berhubung dengan lelaki yang bukan mahram, namun kasih sayang sahabatnya itu sentiasa melembutkan hatinya. Kata-kata sahabatnya itu berhikmah dan terlalu lembut, sehingga hati kerasnya cair.
Dia tahu, Nisa mempunyai personaliti yang berbeza. Tetapi yang berbeza itu adalah sifat yang dia percaya. Nisa adalah seorang yang baik, boleh dipercayai!

"Alhamdulillah. Sampai pagi pun boleh cakap. Hehe."

"Nisa tak exam ke? Bukan haritu Nisa kata Nisa exam? Betul tak ganggu ni?"

"Ish. Mana ada ganggunya. Alah, exam tu exam la. Sahabat yang tersayang, mana boleh dilupakan. Betul tak?"

"Hmm.. Hee.." Ketawanya jelas dibuat-buat. Hambar. Hatinya resah, letih dan sedih. Di saat-saat seperti ini, hanya Nisa yang dapat memujuknya. Bukan lagi lelaki itu.. Bukan lagi...

"Kenapa ni? Kalau Iman ada masalah, ceritalah pada Nisa. Nisa sedia mendengar. Nisa akan bantu selagi terdaya."

"Hmm.." 

"Walauapapun masalah Iman, Iman ingat ya, kalau Nisa tak ada, Allah ada. Nisa tak selalu ada di sisi Iman. Allah sentiasa ada. Afiq pun tak selamanya hidup, Iman. Ingat ya.."

Air mata Iman yang begitu mahal menjadi murah. Perlahan mengalir. Disebut sahaja nama lelaki itu, hatinya menjadi sakit. Sakit!!! Iman tidak ada tempat mengadu. Apalah yang ibubapanya boleh buat? Kerja siang malam. Sampai muka anak sendiri boleh keliru. Benci! Benci! Batin Iman menjerit, menangis pilu. Harta melambak-lambak pun tak ada guna kalau miskin kasih sayang! Tersedu-sedan Iman menangis. Dia sedih akan nasib keluarganya. Ayahnya, Tan Sri Shahrul serta ibunya, Puan Sri Syafiah tak pernah ambil tahu perihal anak-anaknya. Nak duit, boleh. Nak kereta, boleh. Namun tempat bermanja, tempat mendapatkan bimbingan, ibubapa bukanlah tempatnya. Iman menangis lebih kuat. Padanya itulah penyebab dia ketandusan kasih sayang, dan bergantung harap pada lelaki bernama Afiq Syazwan.

"Iman..." Nisa semakin risau. Mendengarkan tangisan Iman seolah-olah mampu membuatnya menangis juga. Annisatul Maqsurah lain pula orangnya, jika Wardatul Iman hatinya agak ego untuk menumpahkan air mata, Annisa pula air matanyalah peneman. Ketika dia berada di bumi United Kingdom, Allah sahaja yang tahu berapa banyak air matanya dihabiskan. Mungkin boleh memenuhi Sungai Pahang jika dihitung semuanya!

"Nisa.." Tersedu-sedan Iman cuba meluahkan. Ayat telah lama disusun di dalam kepala. Hanya menunggu masa untuk meluahkannya. Kerongkongnya terlampau sakit dan perit. Saat ini, Nisa lah penyelamatnya. Bukan Afiq.. Bukan Afiq..

"Iman benci dia! Iman benci! Iman benci! Mana bukti sayang dia? Dia kata dia akan bimbing Iman! Tapi dia tipu! Dia tipu!" Sayu hati Annisa mendengarnya. Walau dia tidak tahu apa yang sedang diperkatakan sahabatnya, tetapi dia tahu jiwa sahabatnya pasti sakit. Siapalah yang menyakiti Iman ni. Monolog Annisatul Maqsurah.

Muka Wardatul Iman kemerah-merahan. Hidung dan kening menjadi sakit dek tangisan. Hatinya hiba mengenangkan. Cukuplah.. Cukuplah.. Aku tak sanggup lagi menelan pahitnya sebuah kenyataan.
"Haritu.. Beria-ia dia pujuk Iman, kalau Iman ada masalah, Iman boleh cakap dekat dia. Iman menangis, dia redakan. Iman mesej apa-apa, mesti dia balas. Dia puji Iman melangit. Dia kata, Iman cantik pakai tudung, terpelihara, semua tu lah! Tiba-tiba, bila dia jumpa perempuan setan ni.. Hati dia terus berubah!!!" Perkataan 'hati dia terus berubah' ditekan sekuat-kuatnya. Biar orang yang mendengarnya ikut memahami perasaannya. Dia tak kisah. Dia sudah puas menampar-nampar muka lelaki itu. Bibirnya pecah kerana dibalas tamparannya oleh Afiq. Jahannam punya orang! Fizikal dan mental Iman sakit. 

"Kalau perempuan tu cantik, kot lah!! Ini, spesis Nisa jugak. Cuma Nisa tak layan lelaki, dia layan je. Harap pakai tudung labuh saja. Semua sama saja. Kenapa Nisa sorang je yang bukan? Orang lain yang pakai tudung labuh semuanya peranagi macam setan. Setan! Setan!" Tak terhenti-henti hinaan dari bibir mulus Wardatul Iman. Seketika dia menyentuh bahagian bibirnya yang terluka. Dia menangis teresak-esak.

"Iman... Iman.. Dengar cakap Nisa dulu.."

"Sudahlah!! Iman tahu Nisa nak marah Iman.. Nisa nak kutuk Iman sebab kata macam-macam dekat orang yang pakai tudung labuh kan! Kan! Semua orang benci Iman! Ye kan? Mama, Abah, Abang Man, Abang Syam, Kak Suria, semua orang dalam dunia ni benci Iman. Lelaki tak guna tu pun sama je!!" Tidak putus-putus luahan dari Iman. Hati Annisa beristighfar mendengar luahannya. Suara Iman yang tadi lembut menyapa kini berubah serta-merta. Pahitnya menceritakan, tetapi sekurang-kurangnya terlepas beban yang ditanggung di hatinya.

"Mesti dia jadi macam ni sebab putus cinta dengan Afiq. Bahayanya cinta monyet. Sampai terjerit-jerit macam ni. Astaghfirullah, mempunyai pangkat, harta, cinta tapi kalau tak ada agama pun tak bahagia. Bahagia cuma bila cinta dengan kekasih berbalas saja. Kalau kekasih tu mati? Tak bahagia? Derita? Bunuh diri?" Hati bersih Annisa berbicara.

"Iman, Afiq memang tak guna. Sampai hati dia buat macam ni." Annisa memulakan dengan menghina Afiq dahulu. Kalau dia cuba dengan caranya yang sebelum ini, tak mungkin Iman akan mendengarnya.

"Iman, ingat ya sahabatku sayang. Afiq tu.. Manusia. Iman tak perlu pedulikan dia. Iman, Iman tak perlu menangiskan dia! Buat apa buang masa untuk dia! Iman, sepatutnya Iman gembira, bukan menangis!"

"Kenapa pulak Iman mesti gembira? Nisa ni dah gila agaknya. Makan apa tadi? Tersilap makan sampai otak jadi tak betul agaknya. Sebab tu cakap tak betul. Nisa tak pernah bercinta. Tapi takkanlah sampai tak tahu orang putus cinta mestilah sedih. Ada pulak nak gembira. Apalah!"Sinis Iman berbicara. Hatinya panas. Tak logik betul. Aku telefon dia ni sebab nak mintak kata-kata peransang, yang boleh diterima oleh logik akal. Ni entah mimpi apa pulak yang kali ni boleh tersasul. Hatinya tidak putus-putus melepaskan geram.

Annisa beristighfar agar dia tidak meledak marah. Dia mengukir senyuman. Tabahlah.. Tabahlah wahai hati.. Hati mad'u mu sedang memerlukan perhatian..

"Iman, dah berapa lama Afiq dengan perempuan tu bercinta?"

"7 bulan."

"Iman dengan  dia?"

"5 bulan."

"Hah, jadi selama ni Iman bercinta dengan seorang lelaki yang telahpun bercinta dengan perempuan yang lain, kan? Agaknya, perempuan yang satu lagi tu pun sedang macam Iman kot, menangis-nangis, bila dah tahu yang Afiq selama ni bercinta dengan Iman. Betul tak?"

"Betul."

"Iman, katakanlah hari ni Allah tak tunjukkan perangai Afiq tu. Dan dia terus-terusan menipu Iman. Iman suka ke kalau ada teman lelaki macam tu?" Annisa terus mengasaknya dengan persoalan.

"Takkanlah suka. Kalau Iman suka takkanlah Iman menangis hari ni." Tangisannya sedikit demi sedikit reda apabila Annisa mengalihkan tumpuannya.

"Ha, jadi, Iman would rather bercinta dengan orang ni dalam tempoh yang singkat, lepas tu bina hidup baru yang lebih bertenanga, bahagia tanpa lelaki penipu ni ataupun Iman sanggup bertemanlelakikan seorang penipu dengan lebih lama?"

Iman terdiam.

“Katakanlah sampai menikah pun dia masih lakukan perbuatan yang sama. Itupun kalau dia betul-betul menikah dengan Iman lah. Kalau menikah, maknanya selama ni Iman bersuamikan seorang penipu, kan?”

"Iman, si dia bukanlah segala-galanya. Jangan terpedayakan kata-kata jiwang yang selalu kata,"Saya tak boleh hidup tanpa awak." Iman bukan perempuan murah! Lelaki tu tak boleh senang-senang je jadikan Iman teman hidup. Dia mesti kaya. Kaya apa yang dimaksudkan? Kaya iman. Kaya taqwa. Mesti lalui jalan yang mencabar untuk dapatkan seorang perempuan iaitu mujahadah. Kalau bodek sikit je dengan duit, kata-kata sayang, apa yang istimewa? Apa yang istimewa tentang Iman?" Masih tiada jawaoan dari Iman. Annisa menghela nafas.

"Iman, Iman mesti tahu rukun Iman. Kan?"

Iman tidak menjawab.

"Ah, as-suqut 'alamatu ar-ridha. " Bisik hati Annisa.

"Rukun iman yang keenam, percaya kepada qada' dan qadar.

Jodoh, pertemuan, ajal dan maut semuanya Allah tentukan. Ujian, ketentuan, musibah semuanya Allah dah aturkan. Allah dah tulis perjalanan hidup kita di Lauh Mahfuz. Betul tak?"

Sekali lagi, Iman tidak menjawab. Mindanya meransang jalan pemikiran yang Annisa katakan.

 "Allah dah tentukan jodoh." Iman mula menangkap maksud Annisa.

"Tepat sekali! Iman, kembalilah kepada Allah, ya. Kalau iman islahkan diri, jadi seorang mawar Islam yang solehah, insyaallah jodoh Iman nanti pun yang soleh. Bukan yang munafik. Bukan yang penipu. Bukan macam yang Afiq lakukan pada Iman hari ni. Allah dah janji dalam surah An-Nur : Perempuan yang baik-baik untuk lelaki yang baik-baik.. 

Jangan kecewa, ya. Jadi seorang yang solehah, jangan risau tentang jodoh. Jangan risau tentang cinta. Kalau Iman cari cinta Allah, insyaallah Iman akan bahagia. Bahkan Allah yang menemukan Iman seseorang yang membantu Iman turut mencintaiNya. Iman kena bersihkan hati Iman. Hati yang bersih akan ditemukan dengan hati yang bersih juga. Agar saling bersih membersihkan. 
Barulah menjadi Wardatul Iman yang sungguh indah. Mawar Iman yang cerah, sempurna, cantik, solehah.." Panjang lebar penerangan Annisatul Maqsurah menusuk ke sanubari Wardatul Iman yang paling dalam. Lembut bicaranya, pujukannya bagikan seorang ibu yang memujuk anaknya. Iman merasa terbuai oleh belaian kata-kata Annisa.

Sejenak Iman mengerling kea rah jam. 15 minit berlalu. Mujurlah kedua-dua mereka dari golongan berada, tidak berapa perlu risaukan tentang wang yang dihabiskan ketika berbicara melalui telefon. Annisa pernah mengingatkan ; “Kan bagus, kalau harta ini kita habiskan ke jalan Allah semata. Insyaallah, tidak sia-sia!

Air mata Iman menitis lagi. Annisatul Maqsurah mempunyai hati yang suci. Cintakan kebenaran. Bersemangat dalam perjuangan. Keseimbangan antara dakwah dan pelajaran terjaga. Hubungan dengan Allah serta manusia tak pernah sirna dari hidupnya. Iman merasa kerdil. Dua tahun persahabatannya dengan Annisa, baru hari ini peringatan dari bibir mulus sahabatnya itu menusuk masuk ke sanubarinya. Hanya apabila dia kehilangan Afiq.

Sendunya beralun pilu.

"Iman, kembali kepada Allah ye sahabatku sayang.. Masih ada orang yang menyayangi Iman. Nisa sayang Iman, Allah pun sayang Iman. " Kata-kata Annisa mmenariknya semula kea lam reality.

"Nisa.." Iman bersuara.

"Ulang balik maksud nama Iman." Pintanya. Annisatul Maqsurah tidak mahu menghampakan temannya.

"Mawar Iman. "Katanya lembut.

"Maksud nama Nisa? Annisatul Maqsurah?" Hatinya benar-benar ingin tahu. Pasti terselit maksud indah di sebalik nama remaja berwajah lembut dan beperwatakan solehah itu.

"Wanita yang terpelihara." Katanya sambil mengukir senyuman. Dia berterima kasih kepada arwah bondanya yang memilih namanya itu untuknya. Itulah insipirasi dirinya untuk menjadi wanita yang sentiasa memilihara cinta dan kesucian dirinya agar sentiasa terpelihara. Terpelihara dari cinta lelaki di usia remaja yang dusta dan buta belaka.

"Iman, esok kita tatap Al.. err.. Ayat-ayat cinta Allah er.. sama-sama ye. Macam yang Nisa selalu cakap tu." Terbuka jua hatinya. Annisa bagaikan orang yang mengantuk dihadiahkan bantal. Setinggi langit pujiannya mencari Ilahi. Gembiranya dia tidak terkata. Tidaklah terbazir air liur yang dihabiskan untuk berkata-kata, menyedarkan sahabatnya.

"Alhamdulillah. Mestilah boleh. Kita dalami cinta Allah sama-sama ya. "

"Nisa.."

"ya.."

"Hiburkan hati Iman.. Nisa pandai bermadah.. Bagilah puisi ke.. Sajak ke.. untuk Iman.." Pintanya lagi.

"Alhamdulillah. Sahabatku sayang, dengar ya..

Puas ku cari
Erti cinta ini
Bahagia dan nestapa
Bersilih ganti
Di sebalik cinta dusta yang bersemi
Tersirat sejuta penipuan yang tidak aku sedari

Wahai hati
usahlah engkau menipu diri ini lagi
ku sudah keliru dengan perasaan yang kau tafsiri
wahai hati
Aku ingin mencari cinta Ilahi
Ku pasti
Kau akan turut menyukai
Kau akan tururt mencintai
Kau tidak tahu penangan cinta Allah
Kau tidak akan pernah menyesal
Dan kau tidak akan juga disesalkan
Kerana cinta Allah
Tak pernah mengecewakan"

Puisi pendek itu dideklamasikan dari hati buat sahabatnya. Sebaik sahaja ayat terakhirnya sampai ke penghujungnya. Iman mengalirkan setitis air mata. Air mata lamanya sudah kering.

Annisa mendengar tangisan Iman. Dia mendeklamasikan satu lagi puisi buat sahabatnya.

"Wahai mata yang mengalirkan mutiara
Sering kau aliri hidup ini
Dengan mutiara jernih buat dosa
Kau aliri ia
Semata-mata kerana maksiat dan sesuatu yang dilarangnya

Duhai mata
Aku mahukan mutiara
Yang akan ku raih keuntungan di sisiNYA
cukuplah wahai mata
Keindahanmu lebih terserlah
Andai kau alirkan ia 
Buat Islam semata

Kerana cintaNya seluruhnya
Kerana kebenaran yang hakiki
Pastinya menghiasi peribadi
Mengukir hidup ini"

Iman sebak. Hati Annisatul Maqsurah terlalu suci. Bersih dari apa-apa maksiat dan cinta dusta. 

"Nisa, terima kasih banyak-banyak. Nasib baik Nisa kaya. Nisa kaya semua lah. Kaya iman, kaya harta, kaya rupa.." Pujinya.

"Iman, Allah yang menilai. Iman, kalau berhijrah, Iman boleh jadi lebih baik dari Nisa. Boleh ganti tempat Nisa. Bila Nisa tak ada nanti, Nisa nak Iman ganti tempat Nisa ya."

"Nisa, apa Nisa cakap ni..."

"Tak ada apa-apa. Cuma, kalau hayat Nisa tak panjang, Iman boleh dapatkan bimbingan dari kakak Nisa, Aisya Humaira namanya. Iman dah jumpa haritu. Ada nombor telefon. Cuma tak tahu nama. Kelakar betul. Semua benda dah sembang. Nama tak pulak tahu." Katanya lembut.

"Nisa.. Janganlah sebut pasal Nisa tak ada lagi. Iman perlukan Nisa."

"Iman, sayangilah Nisa kerana Allah." Peringatan Annisa menjengah lagi mindanya. Annisa selalu memgingatkan agar menyanginya kerana Allah. Kata Anisa, andai kita sayangi manusia kerana Allah, kita tidak mengabaikan orang yang kita sayangi dan kita juga tidak akan mengabaikan Allah. Apabila kita kehilangan orang yang kita sayangi, kita redha kerana kita tahu mereka kembali kepada Allah. Allah, Allah, Allah, cinta kita yang nombor satu. Kita tidak boleh mencintai sesuatu melebihiNya. 

“Selama ini aku mencintai Afiq klebih dari Allah rupanya. Kerana aku tak dapat terima bila dia tinggalkan aku.” Akui hati Iman. Iman ingin menjadi seperti Annisatul Maqsurah. Iman ingin menjadi mawar Iman yang indah berbicara mengahalang sesuatu yang bertentangan dengan suara iman. Iman, ingin menjadi seindah namanya, Wardatul Iman. Seperti yang Annisa katakan.

Luhurnya hatimu Annisatul Maqsurah... 

"Nisa, Ana uhibbuki fillah. Jumpa esok, bersama ayat cintaNya, ya.. Terima kasih, banyak-banyak. Iman banyak ganggu Nisa. Selamat malam, wanita yang terpelihara. Assalamualaikum warahmatullah." Entah kenapa hatinya tak sanggup lagi mendengar apa-apa. Dia tiada apa dibandingkan dengan Annisa. Dia ingin mencontohi Annisa. Pesanan Annisa untuk menggantikan tempatnya begitu berbekas di hati Wardatul Iman.

"Jangan lupa, Iman harapan Islam. Iman tak ganggu sikitpun. Insyaallah Iman akan menjadi srikandi dakwah yang terunggul. Nisa doakan Iman. Waalaikumussalam warahmatullah."
Annisa menyimpan Blackberry  kepunyaannya di atas meja belajarnya. Risalah Ta’lim di tutup. Tidak ada minat lagi untuk meneruskan pembacaan.

Annisa naik di atas katil bercadar ungu dan berbunga merah jambu kecil kepunyaannya. Matanya melirik ke arah siling. Naluri perempuannya dapat merasakan Iman yang sebelumnya berbicara agak kasar dan social mampu berubah menjadi srikandi Islam yang solehah andai didakwahkan secara berhikmah. Asal usulnya pula dari keluarga yang miskin kasih sayang. Bererti pendekatan yang baik buat hatinya adalah dengan berkasih sayang.

Patutlah, dia meraung apabila orang disayanginya meninggalkannya!

Annisa bangun lalu melangkah kembali ke meja belajarnya. Sekeping kertas bewarna hijau muda kegemaran Wardatul Iman dikeluarkan. Dicoretkan bait-bait kata yang sarat kasih sayang di dalamnya. Insyaallah akan sampai di tangan Iman. Bisik hati Annisa.

“Aduhh!” Nisa memegang kepalanya. Memang kebelakangan ini sakit kepala banyak menyerang. Annisa akui ianya kerana waktunya tidak terlalu tersusun. Kepalanya berpinar. Dia menghabiskan ayat terakhir lalu naik ke atas katil.

Dalam keadaan lemah, sambil terbaring kepalanya melihat kertas hijau yang berlipat di atas meja. Air matanya menitis. 

“Iman, Iman harapan Islam. Ya Allah, pilihlah dia sebagai penyambung usaha RasulMu. Tegakkan Islam, bersama keutuhan hatinya mencintai Islam.”Ayat terakhirnya meniti di bibir mulusnya sebelum matanya terpejam, mimpinya beralun indah di sepanjang malam.

**********************
Wardatul Iman terasa berdebar. Dia masih tidak selesa dengan pernyataan Annisatul Maqsurah semalam. Dadanya seolah-olah dijadikan bahan gendang lantaran terlampau sakit menahan debaran. Dia risaukan Annisa. Cuba dilawan perasaan itu, namun dia tak mampu.

Kakinya melangkah masuk ke surau. Annisa tidak ada di situ. Iman tak sanggup menunggu. Debarannya seolah-olah mampu menghentikan proses pengepaman darahnya. Tak sanggup! Tak sanggup!

Dia terus melangkah masuk ke dalam keretanya lalu menuju ke arah rumah Annisa. Terngiang-ngiang ayat terakhir Annisa semalam.

“Insyaallah Iman akan menjadi srikandi Islam yang terunggul.” Hatinya sangat tersentuh dengan ayat Annisa. Itulah yang amat disukainya tentang Annisa. Dia suka memuji dan mendoakan.

Sambil memandu ke arah destinasi, air mata Iman menitis. Annisa, sahabatku, engkau telah menyedarkanku. Jasamu tak terbalas selama-lamanya.

Jauh lamunan meninggalkan dunia realiti, Iman tersedar lantaran terpandangkan orang ramai mengerumuni sebuah van di tepi jalan. Ambulans, kereta polis berkeliaran. Bingit siren kereta kedengaran. 

"Ada kemalangan agaknya." Hatinya berkata.

Melihatkan suasana itu, mindanya disapa oleh kata-kata Annisa lagi. Mengenai kematian.

"Andai kita lihat orang yang sedang menghidap penyakit kanser, lupakah kita untuk bertanya diri kita, andai yang akan mati itu kita, cukupkah bekalan kita? Andai kita lihat orang yang kemalangan, lupakah kita bertanya pada diri kita. Bagaimana keadaan orang itu bila menempuh alam barzakh? Kita pula bagaimana? Ke mana haluan kita?" Iman menjadi sebak. Melihat Annisa, Iman teringatkan Allah. Mengenangkan Annisa, hati Iman terbuai oleh alunan bait dakwah. Sungguh dia menyedari, itulah sebenarnya ciri-ciri sahabat sejati.

"Eh, itu...." Iman terpandangkan sebuah kereta yang kemek di bahagian depan. Iman tidak mahu percaya. Tidak mahu! Cermin depannya pecah dan lumuran darah di sekelilingnya membuatkan Iman hampir pitam. Tak! Tak! Tak boleh, jangan.. Janganlah Annisa.. Jangan! Ya Allah, kami dah berjanji untuk sama-sama menatap ayatMu.. Ya Allah.. Iman memberhentikan kereta walaupun dia sedar di tidak akan mampu menerima kenyataan. Dia cuba menghalang segala perasaan, mungkin ibubapanya, mungkin orang lain yang meminjam keretanya. Walaupun kenyataannya, dia tahu Annisa pasti sedang cuba untuk menepati janji untuk menemuinya. Dia mengerling jam bersama aliran air mata yang maha hebat. 5:30 petang. Annisa sudah berjanji untuk menemuinya di surau.

Tepat pada waktu itu.

Langkah yang longlai, menemani perjalanannya mendengarkan kenyataan. Hatinya berdoa semoga Annisa mampu diselamatkan. 

"Wardatul Iman?" Seorang wanita yang kira-kira satu kaki lebih tinggi darinya menyapa. Hidungnya kelihatan merah. Dia datang seraya memeluk Iman.

"Iman.. mari.. Kita naik sekali." Wanita itu memimpin tangannya lalu masuk ke dalam ambulans.

"Kereta saya.."Iman bersuara.

"Parking dekat rumah akak, ya. Cepat sikit. Sementara mereka tengah uruskan semua ni." Iman masih longlai. Wanita itu risau lalu menemani Iman melakukannya.

"Pasti ini merupakan ujian yang agak hebat buatnya. Dia  baru sahaja ingin mengenali cinta Allah melalui Annisatul Maqsurah. Akan aku bantumu, wahai adikku.."Monolog wanita itu dari sudut hatinya yang paling dalam.
***********************
Iman teresak-esak. Dia tak mampu untuk pulang ke rumahnya. Hatinya hambar. Dia sayangkan Annisa. Baru kehilangan Afiq, dia baru mempelajari bahawa cinta itu, bukanlah segala-galanya. Masih banyak yang perlu dia perbetulkan jalan hidupnya bagi mengecapi sakinah agar mekar berkuntum bersama mawar iman di hati. Melalui Annisatul Maqsurah, dia sedar bahawa dia jahil selama ini.

"Nisa.." Esakannya masih kedengaran. Tiga malam berturut-turut dia menetap di rumah Annisa. Wanita yang menolongnya begitu banyak membantunya, memastikan dia terurus.

"Wardatul Iman.." Aisya Humaira menyapa lembut. Setelah menatap warkah pemberian adiknya, Annisatul Maqsurah buat sahabatnya, Wardatul Iman, membuatkan dia merasa terharu akan perjalanan hidup Wardatul Iman. Kedukaan yang menimpa sahabat adiknya itulah yang membawanya hanyut dalam arus kejahilan. Dia mesti dibantu. Mesti.

Dia datang mengusap kepala Iman lembut. Diusap pula belakangnya dan membiarkan Iman merebahkan kepalanya di atas ribaannya. 

Bahagianya Wardatul Iman. Betapa dia dahagakan belaian kasih seperti itu. Dua manusia sebelum ini yang pernah melakukan begitu hanyalah Afiq Syazwan  dan Annisatul Maqsurah. Kehilangan Afiq diganti Annisa.

Di dalam ribaan Aisya Humaira, dia teresak. Antara pilu dan terharu. Pilu dengan kehilangan Annisatul Maqsurah. Terharu kerana hilangnya berganti. Kehadiran Aisya Humaira mengubat hatinya.

"Adik, sayangilah Annisa kerana Allah." Ayat itu membuatkan Iman merasa terpukul oleh realiti yang meniti hidup ini. 

"Adik, dunia ini terlalu fana, kan? Kerana itu, kita mesti berwaspada pada setiap apa yang kita cintai.

Akak sayangkan adik akak. Tetapi, akak tahu, di antara kami pasti ada yang akan kehilangan salah satu. Akan bersiap sedia dengan menyayanginya kerana Allah. Akak sedih, kerana dia dah pergi. Jasadnya wangi di sisiNya, Insyaallah, dik. Kerana akak sayangkan dia kerana Allah, kenangan akak bersamanya akan disimpan kemas, tetapi akak tetap redha dengan pemergiannya."

Aisya Humaira menghulurkan sehelai tisu dari atas meja ruang tamu rumahnya kepada Iman. Jenazah Annisatul Maqsurah yang semerbak itu telahpun dikebumikan dua hari lalu. Di atas meja ruang tamu rumahnya kelihatan bingkai gambar warna ungu kegemaran Annisatul Maqsurah terhias indah. Wajah Annisa berseri-seri bersama pipinya yang dilagakan dengan pipi mulus kakaknya. Mereka dua beradik sangat rapat dan saling berbincang mengenai mad'u yang mereka dakwahkan. Setitis mutiara jernih menitis di pipi Humaira. 

Dia mengerling sampul surat bewarna hijau tua. Hatinya meronta-ronta ingin memberikan surat itu buat Iman sejak tiga hari yang lepas. Padanya, Iman mesti ditenangkan dahulu, barulah dia akan menyedari dengan waras tentang hakikat isi surat tersebut.

Aisya Humaira mengusap-ngusap kepala 'adik baru'nya itu. Sebagaimana Wardatul Iman merasakan kehadiran Aisya Humaira mengubat sedikit luka di hati atas kehilangan Annisatul Maqsurah, Aisya Humaira juga merasa terubat kerana kehilangan adik kesayangannya itu diganti dengan kehadiran Wardatul Iman.

"Wardatul Iman."Aisya Humaira suka menyebut nama penuh adik barunya. Dia mengenali remaja itu, namanya sering disebut-sebut oleh Annisa. 

"Iman, Iman mesti tabah ya. Iman mesti kuat, Iman mesti bantu bimbing remaja-remaja di luar sana yang hanyut bersama globalisasi yang dusta. Itu juga harapan Annisa. Iman, mesti kuat, mesti tabah, mesti terima kehilangan ini dan redha, seperti mana Annisa redha apabila Iman selalu menghilang bersama Afiq. Iman, kuatkan hati ya sayang, la tahzan. Menangislah untuk Islam, seperti mana Iman tangiskan orang yang tersayang. Moga-moga cinta Iman kepada Allah lebih kuat dari cinta Iman pada dunia dan isinya." Lembut Humaira berbicara.

"Akak, macam mana Iman nak bimbing orang lain. Iman sendiri tak kuat Iman sendiri hanyut."

"Iman, itu kan harapan Annisa. Iman, dengar ya. Kisah hidup Iman bersama Afiq itu hanya epilog silam yang akan terkubur seiring dengan masa yang berlalu. Iman, epilog silam itu tak perlu menggugat semangat Iman. Iman, bayangkan andai Iman kuatkan hati, cekalkan jiwa, bina hidup baru semula, Iman insyaallah akan menjadi pendakwah yang muktabar. Jadi, kuatkan hati, jangan merasa lemah hanya kerana masa silam." 

"Akak, hiburkan hati Iman, sebagaimana Annisa selalu buat dengan madahnya."

"Belum masanya lagi untuk akak menggantikan tempat Nisa. Kali ini, Annisa masih lagi setia menghiburkan hati Iman."

"Kenapa Annisa?"

Aisya Humaira menghela nafas. Dia mengambil sampul surat bewarna hijau tua yang terletak di atas meja. Dihulurkannya buat Iman.

Iman terkesima. Perlahan jari-jemarinya mengoyakkan tepi sampul surat itu.

Di dalam, kelihatan sekeping kertas bewarna hijau muda. Tulisan kemas milik Annisatul Maqsurah terhias bersama ayat-ayat cinta Allah memujuknya. Dihadiahkan ayat cinta dari Allah buat Iman. Disampaikan kata-kata Allah buat meneguhkan prinsip hidup Wardatul Iman. Dimekarkan bait-bait cinta dari Sang Tuhan, agar menyuburkan mawar Iman yang sedia tersimpan di sanubari seorang hamba, Wardatul Iman.

"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Salam sehangat mentari duha buat mawar Imanku, salam mahabbah bersama lautan kenangan yang kita ciptakan seiring oleh tiupan masa berlalu, salam ikhlas persahabatan yang bertunas di sekitar pertemuan kita selama Nisa mengenalimu. Salam sayang, salam rindu, salam kasih buat bakal pejuang Allah yang pasti Nisa rindui.

Sahabatku sayang, Annisa di sini turut merasai kehilangan yang Iman rasai. Wardatul Iman, mawar Imanku, ketahuilah Iman sangat bertuah. Nama Iman sungguh indah. Insyallah, jika Iman mekarkan ia bersama bajaan Islami, hiaskan mawar Iman itu dengan duri-duri Islami, pagari kebun hatimu dengan pagaran Islami, sirami ia dengan akhlak dan budi pekerti yang menawan hati, insyaallah, Imanlah bidadari syurga yang wujud di bumi. Imanlah contoh buat para bidadari yang tatkala ini kehilangan tamadun dan suci, semata-mata kerana menanti sesuatu yang tidak pasti.

Mawar Imanku, janganlah bersedih, kerana tatkala ini Iman sebetulnya sedang berjuang untuk lari dari perbuatan mungkar. Apabila Iman lari dari perbuatan mungkar bersama Afiq, bererti Iman mempunyai ciri-ciri orang yang beriman. Orang yang beriman sentiasa dipujuk oleh Allah, sejak 14 abad yang lalu. Ayat-ayat cinta Allah segar bersemadi sepanjang zaman. Hanya, adakah kita melupakan?

"Wala tahinu, wala tahzanu, wa antumul 'alauna in kuntum mu'minin!"-Dan janganlah kamu berasa lemah, dan jangan pula kamu bersedih hati, kerana kamulah yang paling tinggi darjatnya jika kamu orang yang beriman. [3 ; 139]

Iman, mencintai itu tidak salah. Walau seorang lelaki, wanita, sahabat, harta, kemewahan, segala yang ada di dunia. Tetapi jika kita menyayangi semua ini kerana Allah, dan memagarinya dengan syariat, segalanya akan terasa indah. Mencintai semua ini memang fitrah, mawar Imanku.

"Zuyyina linnasi hubbu syahawati minannisa'i wal banina wal qonaatiril muqantarati minazzahabi wal fidhoti wal khoilil musawamati wal an'ami wal harsts, wallahu 'indahu husnul maab.."-Dijadikan terasa indah(dalam diri manusia) keingingan terhadap apa-apa yang diingininya(berupa) wanita-wanita, anak-anak, harta benda yang banyak, seperti emas dan perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan kebun-kebun.Itulah kesenangan hidup di dunia, di sisi Allah lah jua tempat kembali yang baik." [3 ; 14]

Iman, sahabatku, jika Iman menjaga hati Iman, sehingga suatu hari nanti Allah pertemukan Iman dengan seseorang, Insyaallah Iman akan menjadi lebih baik, lebih bahagia bersama yang halal. Iman islahkan diri, menjadi seorang yang solehah, subhanallah, ganjarannya telahpun Allah ukirkan sebagai pujukanNYA buat Iman agar Iman kembali padaNya. Allah terangkan lagi dengan ayat cinta yang seterusnya ;

"Qul a'unabbiukum bikhoirim min dzalikum, lillazi na ttaqaw 'inda rabbihim jannatun tajri min tahtihal anharu kholidina fiha wa azwajum mutaharroh, wa ridhwanum minallahi wallahu basirum bil 'ibad." - Katakanlah ; Mahukah kamu jika aku khabarkan sesuatu yang lebih baik dari itu? Bagi orang-orang yang bertaqwa, tersedia di sisi Tuhan mereka syurga-syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya bersama pasangan-pasangan yang suci, dan redha Allah (bersama mereka) (Sungguh) Allah Maha Melihat hamba-hambaNya. [3 ; 15]

Jadi, sahabatku sayang, jangan mengalah, Ukhti Aisya Humaira ada di sisimu. Jika tidak, Allah memeliharamu. Annisa akan pergi menemui Allah suatu hari nanti, tetapi Annisa yakin Annisa insyaallah akan dekat di hati Iman, jangan lupakan apa yang Annisa pesan, cintailah kami semua, kerana Allah. Letakkanlah Allah sebagai cintamu yang nombor satu, yang paling hadapan dan paling utama di hatimu. 

Insyaallah, dengan kehadiran orang yang tersayang, Iman akan menghargai, kehilangan mereka, akan diredhai. Jika kita tidak ada kesempatan untuk bertemu lagi, insyaallah di syurga nanti.

Berjanjilah dengan Nisa, Iman akan berusaha menjadi seorang pendakwah, yang mendakwahkan cinta Allah, sebarkan cintaNya buat umat RasulNya, seperti mana Annisa berbicara dengan Iman, sebegitulah Iman perlu mendekati hati-hati yang gersang merindui Ilahi. Cinta Ilahi itu indah, tak pernah mengecewakan. Carilah cintaNya, Allah menyayangimu.

Jumpa di syurga nanti, Insyaallah.

Salam sayang, bersama lautan kenangan ku kirimkan, seiring angin bayu berlalu...

Annisatul Maqsurah"

"Terima kasih Annisa, kerana menepati janjimu..Iman insyaallah akan menepati janji Iman. Iman doakan Annisa supaya tenang di sana, Nisa pun pohon pada Allah moga-moga Iman dapat menjadi seperti yang Nisa harapkan, ya.."Hatinya bermadah pilu.

Peritnya menerima sebuah kehilangan. Dua kehilangan meninggalkan parut luka di hatinya buat waktu yang lama. Namun, kehilangan pertama mesti dikuburkan oleh taubat nasuha pada Pencipta. Si dia tidak halal bagi Wardatul Iman. Nama seorang lelaki tidak boleh meracuni sekuntum mawar Islam. Kerana mawar itu milik iman, biarlah mawar itu menjadi milik iman, buat selama-lamanya.



Sekian...